Bagaimana melihat peranan penting lembaga filantropi, terutama dalam hal pendidikan dan kelestarian lingkungan? Bagaimana prioritas lembaga filantropi dalam mengurusi persoalan pendidikan? Lalu, apa yang harus dilakukan lembaga filantropi mencermati fenomena polusi udara dan perubahan iklim yang baru-baru ini terjadi memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi, kesehatan, dan lingkungan?

Deretan pertanyaan itu cukup menarik untuk diulik. Untuk mengetahui lebih dalam jawaban atas pertanyaan tersebut, Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) dan Yayasan Bakti Barito menyelenggarakan Pertemuan Berbagi Filantropi ke #36 Lintas Klaster Filantropi dengan topik “Memperkuat Kolaborasi Publik-Privat untuk Mendukung Agenda Pembangunan Pendidikan dan Lingkungan.”

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan dan bekerja sama dalam proyek yang dapat mendukung agenda pembangunan pendidikan dan lingkungan. Pertemuan diskusi tersebut membahas tuntas berbagai pertanyaan tersebut. PIRAC sebagai lembaga riset filantropi ikut berpartisipasi mengikuti kegiatan tersebut yang diwakili oleh Syarifudin dan Ninik Annisa.

Kegiatan diskusi cukup hangat dan menarik. Diskusi dibuka oleh Dian A. Purbasari, Wakil Sekretaris Badan Pengurus Perhimpunan Filantropi Indonesia dan Direktur Yayasan Bakti Barito. Menurut Dian Purbasari bertepatan dengan Hari Keberlanjutan Sedunia pada 26 Oktober 2023, diperlukan komitmen yang kuat untuk terus mendorong dan memainkan peran penting lembaga filantropi, terutama dalam hal pendidikan dan kelestarian lingkungan. Dian Purbasari juga menegaskan bahwa masa depan pendidikan dan lingkungan yang lebih baik dapat dicapai melalui kolaborasi publik-privat dan inisiatif multisektor. Kegiatan diskusi dibagi dua sesi diskusi. Sesi pertama diawali dengan sesi diskusi berjudul ‘Gelombang Panas, Polusi Udara, dan Perubahan Iklim terhadap Kehidupan’.

Sesi pertama diskusi dimulai dengan Guntur Sutiyono dari Climateworks Center Indonesia Country Lead yang menyatakan bahwa Indonesia saat ini tidak berada dalam tren perubahan iklim yang akan membaik. Walaupun dampak yang ditimbulkan oleh penyebab polusi udara tidak secara langsung, perubahan iklim di Indonesia akan semakin memburuk. Dia berpendapat bahwa sudah saatnya semua orang bekerja sama untuk menyelesaikan perubahan iklim, yang harus berkelanjutan dan lebih responsif, meskipun tidak akan cukup dalam satu atau dua tahun ke depan. Selain itu, peraturan dan kebijakan harus ditingkatkan untuk menangani masalah perubahan iklim yang menyasar langsung ke sumbernya, seperti kebijakan yang berkaitan dengan transportasi yang menyebabkan polusi, kebijakan industri, dan kebijakan yang berkaitan dengan remediasi atau adaptasi.

Dalam paparannya, Novita Natalia Kusumawardani, co-founder Bicara Udara, membahas hasil penelitian NASA yang menunjukkan peningkatan sekitar 39 mikrogram per meter kubik PM2.5 dari tahun 1998 hingga 2019. Hal ini memiliki dampak yang lebih besar terhadap kesehatan, jadi itu perlu disesuaikan dan diterima untuk kelompok yang rentan dan sensitif. Selain itu, data menunjukkan tren penderita ISPA dan pneumonia di DKI Jakarta meningkat secara signifikan dari tahun 2021 hingga 2023. Lima penyakit yang disebabkan oleh polusi udara telah menghabiskan sekitar 15 hingga 35% dana APBN, atau sekitar 18 triliun rupiah. Untuk menjamin hak setiap orang atas udara bersih dan kehidupan yang sehat, perlu ada peningkatan kesadaran, pendidikan, dan kolaborasi antar masyarakat dan pemangku kepentingan.

Dari sektor kesehatan, dr. Pandu Trinada Sakti, SpPD, Spesialis Penyakit Rumah Sakit Royal Progress, mengatakan bahwa data dari World Health Organization (WHO) tahun 2002 menunjukkan bahwa polusi udara menyebabkan ISPA dan kematian dini tahunan bagi 6.7 juta orang di seluruh dunia. Karena polutan di udara mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh, polutan dapat memengaruhi tubuh seseorang. Polusi udara dapat menyebabkan penyakit seperti ISPA, pneumonia, dan ASMA dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit paru kronis dan kanker paru-paru untuk sistem respirasi. Untuk menghindari polusi udara, Pandu menyarankan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, menggunakan masker, menggunakan filter air HEPA dalam ruangan, dan selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan kaya antioksidan.

Kemitraan antara Pemerintah dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) harus diperkuat untuk pendidikan yang lebih efektif dalam sesi diskusi kedua. Muhammad Oriza, Direktur Investasi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), mengatakan bahwa dana abadi yang akan dikelola LPDP mencapai 139 triliun hingga tahun 2023, terdiri dari empat kategori: dana abadi pesantren, dana abadi penelitian dan riset, dana abadi perguruan tinggi, dan dana abadi kebudayaan. Menurut Oriza, 99,9% dana abadi LPDP masih berasal dari APBN, tetapi LPDP telah mulai mendapatkan dan membuka dana dari sumber lain, termasuk

Untuk berkontribusi pada program LPDP yang sudah berjalan, lembaga filantropi dan korporasi memiliki kesempatan untuk berkolaborasi dalam penyaluran dana dan hibah LPDP. Lembaga filantropi dapat menyesuaikan jenis penyaluran yang mereka inginkan; misalnya, mereka ingin menyediakan dana khusus untuk transisi energi, dan LPDP akan menyalurkan dana beasiswa dan riset khusus untuk transisi energi. Peluang kemitraan LPDP sangat terbuka dan memungkinkan karena dasar-dasarnya.

Untuk mencapai SDGs dan agenda perubahan iklim, pendidikan dan lingkungan adalah fokus utama. Meskipun mereka berasal dari berbagai bidang, mereka memiliki tujuan yang sama: mendukung rencana pembangunan berkelanjutan untuk mengubah Indonesia. Forum diskusi ini bertujuan untuk meningkatkan platform kerjasama jaringan yang sudah ada dan meningkatkan koordinasi dan tatakelola antar pemangku kepentingan pemerintah dan swasta dalam upaya memperbaiki kondisi pendidikan dan lingkungan di Indonesia. (ari)

Materi Diskusi

  1. Makalah presentasi berjudul “Encouraging Data Transparency For Effective Clean Air Policies” oleh Novita Natalia Kusumawardani, co-founder Bicara Udara
  2. Makalah presentasi berjudul “Health Issues – Air Pollution” oleh dr. Pandu Trinada Sakti, SpPD, Spesialis Penyakit Rumah Sakit Royal Progress
  3. Makalah presentasi berjudul “Strategi Program LPDP : MendukungPendidikan Menuju Indonesia Emas 2045“, oleh Muhammad Oriza Direktur Investasi LPDP