- 30/11/2012
- Posted by: Ari Syarifudin
- Category: Berita
JAKARTA – Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dapat dilakukan pengelola radio komunitas (Rakom) untuk melakukan penggalangan dana (fundraising) untuk keberlanjutan media komunitas tersebut.
Perangkat IT yang sederhana seperti radio streaming dapat digunakan untuk memperluas jangkauan siaran, aplikasi radiobroadcast di komputer dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan sumber daya, dan pemanfaatan web serta situ jejaring sosial lainnya dapat dimaksimalkan untuk sosialisasi program dari Rakom untuk menarik donatur untuk menyumbang ke radio tersebut.
Hal itu menjadi catatan penting dari Focus Groups Discussion (FGD) yang diadakan Sekolah Fundraising PIRAC dalam rangka menghimpun pendapat pakar berkaitan dengan Studi Skema Pendanaan dan Strategi Mobilisasi Sumber Daya untuk Keberlanjutan Media komunitas di Indonesia, yang didukung Cipta Media Bersama (CMB) dan Ford Foundation, Kamis (29/11/2012) di Hotel Mega Proklamasi Jakarta.
Diskusi ini dihadiri oleh Dondi Hananto (Wujudkan.com), Megi (Idola), Shita Laksmi (Pengamat Rakom), Rico (Patungan.com), NS Adiyono (Rakom Pass FM Bandung), Erwin Muchtar (Radio Cimbuak.net), Billy (Cimbuak.net), Arifin Purwakananta (Dompet Dhuafa), Abdulah Koro (Bentala.com) dan Melliyanti (detik.com). Selain itu juga hadir; Hamid Abidin, Nor Hiqmah dan Maifil dari PIRAC.
Salahsatu pemanfaatan web misalnya dengan membuat proposal program Rakom, kemudian ditempatkan di situs-situs fundraising seperti Patungan.com dan Wujudkan.com. “Jika proposalnya bagus maka proyeknya akan banyak dilirik dan banyak penyumbang,” tutur Rico dari Icon pengelola situs Patungan.com.
Kunci suksesnya, kata Dondi Hananto dari Wujudkan.Com, adalah kreatifitasi dari pemilik proyek. Kalau mereka niat, pastinya proposalnya bagus, dan didukung promosi ke jejaring sosial dan event-event offline lainnya.
Cara lain untuk membuat penyumbang langgeng, ujar Rico, diberikan reward kepada donatur seperti menyumbang Rp100.000 beri ia sebuah kaos yang menarik berlogo rakom atau nama proyek dll.
Melly dari Detik.com menyarankan sebelum melakukan fundraising perlu dilakukan riset kecil untuk Rakom tersebut, “Temukan kekhasan dari program di Rakom kemudian lakukan branding,” tambah Melly.
Sementara Arifin Purwakananta dari Dompet Dhuafa mengusulkan Rakom yang terbatas jangkauan dan keterkenalannya, harus dibantu membrandingnya oleh lembaga yang sudah terkenal agar para penyumbang dapat yakin dan terverifikasi. Misalnya Rakom A butuh dana, maka proyeknya direkomendasi oleh Dompet Dhuafa atau diiklankan oleh situs-situs berita walaupun secara cuma-cuma,
“Dengan co-branding maka akan memudahkan para donatur untuk menyumbang ke Rakom tersebut,” jelas Arifin.
Shita Laksmi lebih menyoroti pada kekuatan komunitas dari Rakom tersebut. “Apabila komunitasnya kuat, maka Rakom itu pasti akan bertahan hidup,” ujar Shita.
Megi dari Idola sepakat dengan Shita, ia menceritakan pengalamannya menfasilitasi Rakom-rakom waktu bencana Merapi, karena Rakom-rakom tersebut dibuat dari dana donor dan tidak berbasis komunitas yang kuat, maka program bantuan selesai, Rakom tersebut juga bubar entah kemana.
“Padahal mereka semua sudah dilatih dan dididik cara menjalankan managemen pengelolaan radio komunitas,” ungkap Megi.
Karena itu pula Shita Laksmi yakin, untuk modal hidup keseharian dari Rakom yang memiliki komunitas kuat dapat diatasi. Tapi untuk melaksanakan program-program yang lebih besar harus selalu berkerjasama dengan pihak luar.
“Jadi strateginya harus banyak berteman dan membangun partnership. Siaran tidak harus 24 jam cukup 3 jam sehari di waktu prime, kalau itu relevan isinya dengan komunitas maka dia akan tetap hidup,” jelas Shita.
Abdullah Koro dari bentala.com, lebih menekankan pada teknologi untuk rakom, radiostreaming bisa menjadi solusi persoalan jangkauan yang dibatasi undang-undang. Di sana bisa menjaring pendegar dari mana saja di belahan dunia termasuk perantau daerah tersebut.
Pengalaman Radio Cimbuak.net, merupakan radio komunitas Minang yang diakses ribuan pendengar internet di dunia. Menurut Erwin Muchtar, Radio ini memiliki 50 DJ (penyiar) yang tersebar di seluruh dunia.
“Komunitas Minang yang tersebar di berbagai negara mampu menghidupkan radio ini dan kini dikembangkan juga dengan TV streaming, dana-dana sosial perantau untuk beasiswa dan bencana dikelola oleh Yayasan Palanta Cimbuak,” ungkap Billy rekan Erwin di Cimbuak, mengakhiri. – MEP/NH