- 22/07/2019
- Posted by: Ari Syarifudin
- Category: Berita
Permasalahan lingkungan tidak bisa hanya ditangani dari perspektif lingkungan tetapi harus juga melibatkan aktor-aktor lain dalam bidang sosial, ekonomi, dan lainnya. Hal ini terungkap dalam Philanthropy Learning Forum ke-24 dengan tema “From Trash to Treasure: Aksi dan Kolaborasi Mengatasi Sampah Perkotaan” yang digelar Rabu (17/7/2019) bertempat di Gedung Ario Bimo, Kuningan Jakarta Selatan.
Hadir sebagai pembicara dalam diskusi ini empat orang narasumber yakni 1) Syamsul Ardiansyah selaku Direktur Desaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa; 2) Randi Suwandaru, Kepala Divisi Pendayagunaan BAZNAS; 3) Basuki Rahmat, Manager Program Kelautan Yayasan KEHATI; dan 4) Andry Zulman, External Relation Yayasan Tzu Chi.
Samsul Ardiansyah dari Dompet Dhuafa mengatakan, akar dari persoalan sampah adalah konsumsi. Menurut beliau, saat ini bumi telah mengalami apa yang dinamakan sebagai “Ecological Deficit” atau defisit ekologi, di mana biocapacity berbanding dengan footprint berada di angka minus. “Dengan pola konsumsi seperti sekarang, manusia membutuhkan lebih dari satu bumi untuk memenuhi kebutuhan manusia”, Samsul menambahkan.
Sejalan dengan Samsul, Randi Suwandaru dari BAZNAS menekankan pentingnya konsumsi yang bertanggung awab (Responsible Consumption). Dia menambahkan, Islam mengatur manusia agar tidak berlebih-lebihan dalam semua hal. Semua yang ada di bumi merupakan milik tuhan. “Waste and treasure both belongs to god”, pungkasnya.
Narasumber dari KEHATI, Basuki Rahmat, menyoroti pentingnya perang terhadap sampah plastik di perkotaan. Salah satu solusi yang bisa ditawarkan menurut beliau dengan beralih ke produk tradisional yang ramah lingkungan. Dia mencontohkan banyak material yang dapat dipakai seperti bambu untuk menggantikan wadah plastik. Perang terhadap sampah plastik membutuhkan dukungan pemerintah misalnya berupa insentip bagi kalangan usaha yang beralih ke material ramah lingkungan, beliau menambahkan.
Andry Zulman dari Yayasan Tzu Chi sebagai pembicara terakhir menyoroti pentingnya daur ulang sampah-sampah berbahan plastik, semisal dijadikan pakaian, selimut, dan lain-lain untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir. Mengenai konsumsi makanan, beliau menjelaskan bahwa Yayasan Tzu Chi mendorong konsumsi makanan secara bertanggung jawab serta tidak dibenarkan makan secara berlebihan. (SM)