Fundraising bukan hanya soal mengumpulkan uang, tetapi tentang membangun kepercayaan dan solidaritas masyarakat. Pesan mendalam ini disampaikan oleh Ninik Annisa yang mewakili sebagai narasumber pelatihan dalam sesi “Kisah Sukses Pemanfaatan Sumber Daya Lokal,” yang merupakan bagian dari Serial Pelatihan Mobilisasi Sumber Daya. Di tengah tren menurunnya dukungan dari donor internasional, organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia didorong untuk bertansformasi dari ketergantungan eksternal menuju penguatan sumber daya lokal. Kunci kemandirian tidak terletak pada bantuan besar, melainkan pada langkah-langkah kecil yang didasari komitmen, kejujuran, dan kepercayaan bersama di tingkat komunitas.

Pelatihan ini merupakan program kegiatan Qyutri – Lokadaya Penabulu Foundation yang dilakukan secara berseri. Dalam kegiatan ini PIRAC berpartisipasi sebagai narasumber pelatihan.  Pelatihan ini diharapkan dapat membekali OMS dengan pengetahuan, keterampilan, dan jaringan yang diperlukan untuk mengakses dan mengelola berbagai sumber daya lokal secara efektif. Dengan demikian, OMS dapat memastikan keberlanjutan program dan organisasi mereka, serta terus memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.

Menggali Potensi Lokal dan Memperkuat Legitimasi

Menurut Ninik Annisa, mobilisasi sumber daya lokal adalah perjalanan yang memperkuat ketahanan finansial sekaligus membangun legitimasi organisasi. Seringkali, masyarakat sudah menjalankan tanpa disadari melalui praktik gotong royong, arisan, atau iuran anggota. Tantangannya adalah bagaimana mengelola praktik sosial ini menjadi sebuah strategi keberlanjutan yang terorganisir. Ketika komunitas menjadi pendukung utama, mereka secara otomatis menumbuhkan rasa memiliki terhadap program dan menjadi penggerak perubahan sosial. Oleh karena itu, kemandirian berarti masyarakat sendirilah yang menjadi sumber kekuatannya, yang mencakup kepercayaan dan kemampuan untuk mengorganisasi diri.

Lima Langkah Strategis Menuju Kemandirian

Agar OMS sukses dalam perjalanan ini, ada lima rekomendasi strategis yang perlu diimplementasikan. Pertama, organisasi harus memiliki kejelasan visi dan arah sebelum memulai . Kedua, penting untuk membentuk tim khusus dengan kemampuan komunikasi dan manajemen yang baik. Ketiga, teknologi digital harus dimanfaatkan untuk edukasi, promosi, dan transparansi. Keempat, dorong kemitraan lokal berbasis saling percaya dengan berbagai pihak (masyarakat, dunia usaha, pemerintah). Terakhir, partisipasi masyarakat dan transparansi hasil di setiap program harus dipastikan untuk menumbuhkan rasa kepemilikan dan kepercayaan publik.

Belajar dari Praktik Baik: Kekuatan Sumber Daya yang Beragam

Sejumlah praktik baik di Indonesia membuktikan bahwa kemandirian bisa tumbuh dari kekuatan lokal yang beragam. Contoh seperti Desa Wisata Nglanggeran yang membangun ekonomi berbasis komunitas, atau organisasi seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat yang mengelola dana ZISWAF, menunjukkan bahwa sumber daya lokal tidak selalu berupa dana. Ia bisa berbentuk waktu, tenaga, keahlian, jejaring, atau ide kreatif. Pemanfaatan platform digital seperti Kitabisa.com juga menjadi jembatan penting untuk kolaborasi dan transparansi. Kesuksesan ini menegaskan bahwa penggalangan sumber daya lokal adalah proses membangun kesadaran kolektif. Ketika masyarakat melihat diri mereka sebagai bagian dari solusi, perubahan sosial yang berkelanjutan benar-benar dapat terwujud.