Peringati Hari Ciliwung, Komunitas Depok Gelar Pameran dan Diskusi di Pinggir Sungai

Depok, 17 November 2019  – Dalam rangka memperingati Hari Ciliwung ke-8, komunitas cinta sungai Kota Depok, Jawa Barat melakukan beragam kegiatan, mulai dari diskusi sejarah Ciliwung, pameran pustaka air yang menampilkan berbagai kerajinan komunitas pinggir sungai, pemotongan tumpeng, pelepasan ikan lokal, hingga pementasan musik dan kesenian tradisional.

Acara yang digelar pada Minggu, 17 November 2019 di kolong jembatan Grand Depok City ini, merupakan kampanye bersama lintas komunitas cinta sungai untuk menjadikan Ciliwung sebagai tempat edukasi dan konservasi, juga memberikan penyadaran bagi masyarakat pentingnya menjaga sungai untuk kehidupan masa depan.

“Di Ciliwung ini masih banyak habitat sungai yang harus terus dipelihara seperti ular, musang, beragam ikan dll. Kami berupaya menjadikan Ciwung sebagai pusat edukasi dan konservasi,” ungkap Koordinator Acara Peringatan Ciliwung Depok, Erwandi Supriadi yang akrab disapa Elang ini  di Depok, Minggu 17 November 2019.

Salah satu komunitas yang bergabung dalam acara ini adalah Kagama Cinta Sungai. Menurut Nuraini, sekretaris Kagama Cinta Sungai, Sungai Ciliwung tidak sekadar berfungsi sebagai pemasok air, tapi juga sumber kehidupan. Sungai merupakan urat nadi kehidupan, menyatukan daratan dengan lautan, menyambungkan kebudayaan antarsuku, alat transportasi, jalur ekonomi dan peradaban. “Kagama Cinta Sungai ingin mendukung dan bekerja sama dengan berbagai komunitas untuk menjaga dan merawat sungai agar lebih bersih dan indah,” ungkap Nuraini.

Di Indonesia, Sungai Ciliwung memainkan peranan penting bagi tumbuhnya kota Jakarta yang di masa kini adalah kota terpenting di Indonesia beserta kota-kota penyangga di sekitarnya. Peninggalan sejarah menunjukkan kerajaan Pajajaran menggunakan Sungai Ciliwung sebagai sarana transportasi utama dari ibukota kerajaan di Pakuan menuju ke laut.

Dengan panjang aliran 120 kilometer dari Gunung Gede hingga bermuara di Pelabuhan Sunda Kelapa, Sungai Ciliwung telah menjadi saksi perkembangan kota Jakarta. Sehingga nenjaga Ciliwung pada akhirnya adalah juga menjaga sejarah peradaban kota Jakarta.

“Merawat sungai adalah merawat peradaban. Pada sungai kita belajar tentang keberagaman yang menjadi keniscayaan dari sebuah peradaban dalam membangun kota,” kata  Nor Hiqmah dari Public Interest Research & Advocacy Center (PIRAC) yang juga koordinator #DepokBeragam.

Kegiatan ini digagas oleh lintas komunitas cinta sungai seperti Komunitas Ciliwung Depok, Kamaga Cinta Sungai dan PIRAC,  juga berbagai komunitas dan relawan pecinta sungai. ***



Leave a Reply